Jumat, 07 Agustus 2009

Proyeksi peta

Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaan peta.

Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan :

  1. Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal
  2. Proyeksi Kerucut
  3. Proyeksi Silinder

Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan :

  1. Proyeksi normal
  2. Proyeksi miring
  3. Proyeksi transversal

Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan :

  1. Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut
  2. Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak
  3. Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung






Macam-macam Proyeksi peta

1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan

a. Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.

b. Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.

c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.



2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris

a. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.

b. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

c. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.



3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan

a.

Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.

Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.

Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a. Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.

Untuk memperjelas pemahaman, perhatikan gambar berikut ini!



Khusus proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksikan daerah kutub.
Perhatikan gambar berikut ini!


Gambar 03.8. Peta daerah kutub utara hasil proyeksi Azimuth Normal


Karena proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1.

Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga tak terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali.

Perhatikan gambar dibawah ini!



Gambar 03.10. Lingkaran besar diproyeksikan sebagai garis lurus
2. Proyeksi Azimuthal Stereografik
Titik sumber proyeksi di kutub berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Jadi jarak antara lingkaran paralel tergambar semakin membesar ke arah luar.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini!
3.

Proyeksi Azimuthal Orthografik
Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber proyeksi. Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi.

Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan. Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.


Gambar 03.12. Proyeksi Azimuthal Orthografik, hanya sesuai dekat pusat peta saja

b.

Proyeksi Kerucut (Conical Projection), Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.

Perhatikan Gambar berikut ini!




Sabtu, 23 Mei 2009

Fungsi Mangrove ?? dan mengapa Mangrove tidak tumbuh di selatan Jawa ???

CIRI-CIRI EKOSISTEM MANGROVE

Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :

  • memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
  • memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
  • memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
  • memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

ciri-ciri khusus :

  • tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
  • tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
  • daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
  • airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
MANFAAT DAN FUNGSI MANGROVE

Secara Fisik

  • Penahan abrasi pantai.
  • Penahan intrusi (peresapan) air laut.
  • Penahan angin.
  • Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.

Secara Biologi

  • Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan dan udang).
  • Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
  • Tempat hidup berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung.

Secara Sosial Ekonomi

  • Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian).
  • Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun nipah untuk pembuatan atap rumah.
  • Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.
  • Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).
  • Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin atap dan gula nipah.

Mengapa di selatan jawa tidak terdapat Mangrove
???
Karena di daerah pesisir Jawa gelombang atau ombak yang ada sangat lah besar sehingga hutan mangrve tidak bisa menahan atau ikut tersapu oleh ombak yang sangat besar dan tidak menahan nya .
selain itu,berbatasan dengan samudera luas, adalah juga salah satu penyebab mengapa mangrove tidak ditemukan di pesisir selatan ini. Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa tak adanya batasan pulau dan lekukan seperti tanjung dan teluk, mengakibatkan PPSPJ menjelma sebagai sebuah tempat datar alias flat tanpa pelindung, sehingga tak mampu melindungi mangrove dari terpaan gelombang besar.

mengapa perairan di sekitar padang lamun relatif lebih tenang ?


Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal dengan seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan manate tapi juga tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisma kecil seperti udang dan ikan. Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering mengunjungi padang lamun untuk mencari makan. Lantas mengapa padang lamun bisa menjadi tempat yang cocok bagi umumnya hewan kecil ?. Kondisi lamun yang menyerupai padang rumput di daratan ini mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa perlindungan bagi ivertebrata dan ikan kecil. Daun-daun lamun yang padat dan saling berdekatan dapat meredam gerak arus, gelombang dan arus materi organik yang memungkinkan padang lamun merupakan kawasan lebih tenang dengan produktifitas tertinggi di lingkungan pantai di samping terumbu karang. Melambatnya pola arus dalam padang lamun memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata. Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil tadi. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil. Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator. Sangat khas memang pola kehidupan hewan-hewan kecil ini di padang lamun yang tidak jarang memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting. Ini adalah sebagian kecil dari peran penting padang lamun yang menyebar di sekitar perairan pantai Indonesia.

Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai Indonesia. Anda akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini. Padang lamun biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar perairan.

Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominant tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut.

Mengapa tempat air laut bervariasi ?

Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl).
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.

Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan

a. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.

b. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.

c. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.

d. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.

e. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.

f. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam

g. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.

Mengapa pada daerah eustuaria salinitas nya rendah ?

Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut (Kasim, 2005). Menurut Bengen, 2002 dan Pritchard, 1976 dalam Tiwow (2003), estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.

Salinitas di estuaria dipengaruhi oleh musim, topografi estuaria, pasang surut, dan jumlah air tawar. Pada saat pasang-naik, air laut menjauhi hulu estuaria dan menggeser isohaline ke hulu. Pada saat pasang-turun, menggeser isohaline ke hilir. Kondisi tersebut menyebabkan adanya daerah yang salinitasnya berubah sesuai dengan pasang surut dan memiliki fluktuasi salinitas yang maksimum (Nybakken, 1988).

Rotasi bumi juga mempengaruhi salinitas estuaria yang disebut dengan kekuatan Coriolis. Rotasi bumi membelokkan aliran air di belahan bumi. Di belahan bumi utara, kekuatan coriolis membelokkan air tawar yang mengalir ke luar sebelah kanan jika melihat estuaria ke arah laut dan air asin mengalir ke estuaria digeser ke kanan jika melihar estuaria dari arah laut. Pembelokkan aliran air di belahan bumi selatan adalah kebalikan dari belahan bumi utara (Nybakken, 1988).

Salinitas juga dipengaruhi oleh perubahan penguapan musiman. Di daerah yang debit air tawar selama setengah tahun, maka salinitasnya menjadi tinggi pada daerah hulu. Jika aliran air tawar naik, maka gradient salinitas digeser ke hilir ke arah mulut estuaria (Nybakken, 1988). Pada estuaria dikenal dengan air interstitial yang berasal dari air berada di atas substrat estuaria. Air interstitial, lumput dan pasir bersifat buffer terhadap air yang terdapat di atasnya. Daerah intertidal bagian atas (ke arah hulu) mempunyai salinitas tinggi daripada daerah intertidal bagian bawah (ke arah hilir).

Tipe - tipe Pantai : )

klasifikasikan berdasarkan material penyusunnya :

  1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
  2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi:
    1. pantai pasir, yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
    2. pantai gravel, pantai berbatu, yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
  3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.

Berdasarkan Proses nya :

  1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).
  2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.
  3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove.

Berdasarkan Morfologi nya :

  1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.
  2. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.

Morfologi laut (kedalaman)


1. zona litoral yakni bagian lautan yang terletak diantara kondisi saat air laut pasang nain dan pasang surut.

2. zona neritik yakni bagian lautan yang dalamnya berkisar antar 50 -200 m. Wilayah ini dapat ditembus oleh cahaya matahari sehingga kehidupan hewan dan tumbuhan paling banyak berada di wilayah ini.

3. zona batial yakni bagian lautan yang dalamnya 15-2000 m, sehingga cahaya matahari tidak dapat menembus sampai dasar laut. Beberapa jenis binatang yang masih bisa hidup di wilayah ini, tetapi tumbuhan jauh berkurang dibanding zona neritik.

4. Zona abisal yakni bagian lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m, suhu di wilayah ini sangat rendah, sehingga sudah tidak ada lagi tumbuhan. Beberapa hewan laut ada yang mampu hidup di wilayah ini.

5. Basin yakni dasar laut yang dalam berbentuk seperti baskom besar.